Ria cutie Girlies
Rabu, 18 Januari 2012
Jumat, 30 Desember 2011
Minggu, 25 Desember 2011
Ide-ide Pembelajaran dan Sains
Penerapan metode inquiry dalam pembelajaran Sains di sekolah dasar
A. Kelebihan dan Kekurangan
Metode Mengajar Inquiry
Metode mengajar inquiry mengandung proses
mental yang tingkatannya cukup tinggi. Proses mental yang ada pada
inquiry diantaranya : merumuskan masalah, membuat hipotesis, mendesain
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data,
dan menarik kesimpulan. Dalam pembelajaran inquiry, kegiatan belajar
mengajar harus direncanakan agar siswa memperoleh pengalaman, sehingga
berkesempatan untuk mengalami proses inquiry.
Dalam pembelajaran inquiry, guru jarang
menerangkan tetapi banyak mengajukan pertanyaan. Dengan pertanyaan, guru
dapat membantu siswa dalam berpikir. Guru dapat mengajukan pertanyaan
yang sesuai pada setiap individu siswa, sehingga mampu mengorganisasi
pendapat serta dapat meningkatkan pengertian terhadap segala sesuatu
yang sedang dibahas. Dan siswa mampu menemukan sendiri konsep/prinsip
yang direncanakan guru untuk dimiliki siswa.
Diskusi dalam pembelajaran inquiry, guru
mengarahkan kegiatan mental siswa sesuai dengan perencanaan. Siswa lebih
banyak terlibat, sehingga tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru,
melainkan mendapat kesempatan untuk berpikir. Siswa dapat merumuskan
jawaban dari masalah yang disajikan dalam diskusi. Karena ’dipaksa
berpikir’, perkembangan kognitif setiap individu lebih dimungkinkan
terlaksana. Keuntungan menggunakan metode mengajar inquiry adalah :
- Perkembangan cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan mengumpulkan/memproses keterangan dengan inquiry approach dapat dikembangkan seluas-luasnya.
- Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
Selain keuntungan diskusi dalam pembelajaran
inquiry pun mempunyai kelemahannya, yaitu :
- Belajar mengajar dengan inquiry approach memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi. Bila siswa kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.
- Inquiry approach kurang cocok pada siswa yang usianya terlalu muda, misalnya Sekolah Dasar (SD) kelas 1, 2, dan 3.
B. Penerapan Metode Mengajar Inquiry dalam
Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar
Sains bisa disebut juga Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, Sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Sains diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan Sains diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar. (Depdiknas, CD ROM KTSP 2006).
Sains diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang
dapat diidentifikasikan. Penerapan Sains perlu dilakukan secara
bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat
SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman
belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep
Sains dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran Sains sebaiknya dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai
aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran Sains di
SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) Sains di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus
dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan
pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Mata Pelajaran Sains di SD/MI bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
- Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
- Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
- Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
- Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
- Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
- Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
- Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Adapun ruang lingkup bahan kajian Sains untuk
SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :
- Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
- Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
- Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
- Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Tidak semua materi dalam pelajaran Sains bisa
disampaikan dengan metode inquiry. Hanya materi-materi tertentu yang
mungkin disampaikan dengan metode inquiry. Kemudian tidak semua jenjang
di Sekolah Dasar (SD) cocok menerapkan metode inquiry dalam pelajaran
Sains. Yang cocok menerapkan metode inquiry dalam pelajaran Sains adalah
kelas 4, 5 dan 6, terutama kelas 6 yang paling cocok menerapkan metode
inquiry dalam pembelajaran Sains.
Penulis mengambil materi pelajaran Sains dari
kelas 6 untuk disampaikan dengan menggunakan metode inquiry.
Alokasi
waktu adalah 2 jam pelajaran. Dengan rincian sebagai berikut :
1. Standar Kompetensi
Memahami energi dan perubahannya.
2. Kompetensi
Dasar
Menyelidiki berbagai cara perpindahan energi
panas dan listrik.
3. Indikator
a. Menunjukkan gejala kelistrikan, misalnya :
pengaruh menggosok benda.
b. Mengidentifikasi berbagai sumber energi
listrik.
4. Materi Pokok
Perpindahan energi panas dan listrik.
5. Metode
Pembelajaran
a. Ceramah
b. Inquiry
6. Tujuan
Pembelajaran
a. Mengetahui gejala kelistrikan, misalnya :
pengaruh menggosok benda.
b. Mengetahui berbagai sumber energi listrik.
7. Alat dan Sumber
Belajar
a. Buku paket Sains kelas VI
b. Penggaris plastik
c. Sobekan kertas
8. Langkah-langkah
Kegiatan
a. Kegiatan Awal
1) Siswa diminta berdoa dipimpin oleh ketua
kelas.
2) Absensi.
3) Apersepsi. Beberapa siswa ditanya satu per
satu secara acak tentang pelajaran sebelumnya tentang perpindahan panas.
Siswa diperkenalkan materi pelajaran hari ini.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa diberi penjelasan singkat tentang
energi listrik dan gejala kelistrikan.
2) Siswa dibantu guru melakukan percobaan
penggaris yang digosokkan ke rambut untuk dapat menarik sobekan kertas.
3) Siswa diberi penjelasan singkat oleh guru
tentang sumber-sumber energi listrik.
4) Kelompok diminta mendiskusikan
sumber-sumber energi listrik dan menuliskannya dalam selembar kertas.
5) Perwakilan masing-masing kelompok
mengungkapkan hasil diskusinya di depan kelas dan mengumpulkannya kepada
guru.
c. Kegiatan Akhir
1) Post test lisan. Guru menunjuk secara acak
satu per satu siswa untuk ditanya tentang pemahaman dan kesimpulan
mereka atas serangkaian kegiatan yang telah mereka lakukan tadi.
2) Siswa diminta untuk menyimpulkan tentang
materi perpindahan energi panas dan listrik melalui metode inquiry tadi.
Dari serangkaian
kegiatan pembelajaran sains dengan penggunaan metode inquiry di atas,
dari mulai kegiatan awal, inti hingga kegiatan akhir, namapak jelas
bahwa siswa lah yang lebih banyak aktif. Guru lebih bersikap pasif dan
berperan sebagai fasilitator. Dari mulai penemuan masalah dengan
percobaan (eksperimen) sampai menemukan kesimpulan dengan cara diskusi
menunjukkan bahwa memang siswa lah yang bersikap aktif. Guru hanya
berusaha mencoba merangsang proses mental dan intelektual dengan banyak
bertanya kepada para siswa secara acak. Inilah esensi dari metode
mengajar inquiry.
C.
Hambatan-hambatan yang Muncul pada Penerapan Metode Mengajar Inquiry
dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar
Kegiatan inquiry pada pelajaran Sains kelas 6
yang telah dijabarkan pada sub bab diatas, berpotensi menimbulkan
hambatan-hambatan sebagai berikut :
- Kemungkinan sebagian siswa tidak berperan serta aktif dalam metode inquiry ini sehingga justru menghambat jalannya pengajaran melalui metode ini.
- Tingkat kedewasaan siswa kurang mencukupi untuk metode inquiry ini. Tuntutan peran terlalu tinggi sehingga siswa tidak mampu menjalankan peran ini dengan baik.
- Persiapan dan penjelasan yang kurang dari guru bisa membuat metode inquiry ini terhambat. Siswa harus diberi penjelasan yang cukup sebelum acara dimulai. Guru harus membantu persiapan sematang mungkin supaya proses pembelajaran bisa berjalan dengan lancar.
- Adanya keengganan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam metode inquiry ini. Siswa seringkali tidak bersedia untuk ikut serta dalam metode inquiry ini yang telah dirancang, walaupun guru menganggap siswa tersebut mampu berperan serta.
- Kurang kompetennya guru dalam merancang dan mengendalikan metode inquiry ini dapat menyebabkan terhambatnya proses pembelajaran.
Langganan:
Postingan (Atom)